Kamis, 19 Mei 2011

Resensi Bahagia Senantiasa by Imam Al-Ghazali


sebelum membaca buku ini, saya adalah manusia yang egois! bahkan mungkin bisa dibilang tamak. saya selalu berusaha mengejar cita2 saya sampe kesampaian. gak peduli pada apapun yang akan saya korbankan kelak. saya berpikir,"klo cita2 saya kesampaian,saya akan mengalami puncak kebahagiaan yang luar biasa". selain itu, saya juga berpikir klo saya bisa mendapatkan harta duniawi yang saya inginkan pasti saya akan dipandang dan dihormati orang. sangat berapi-api meraih impian semu yang bagaikan bayangan yang akan hilang di gelapnya malam..

namun, setelah saya membaca buku ini. saya sadar bahwa selama ini saya hanya menjadi budak dunia. saya telah dibutakan oleh kesibukan dan merasa tujuan hidup saya adalah kesuksesan. padahal bumi ini merupakan jebakan tikus yang siap menjebak tikus-tikus rakus dan tamak yang ingin segera mengenyangkan perutnya. Allah mengungkapkan bahwa jika diwjudkan sebagai manusia, bumi ini bagaikan wanita tua yang buruk rupa, tamak, dan mengerikan. suatu saat dia masuk neraka, akan memanggil semua makhluk yang mengagungkannya. banyak yang berdalih bahwa dengan memperkaya hidup dunia, mereka dapat memperkaya akhirat. tapi sebenarnya dengan terlalu berambisi terhadap dunia, mereka telah menjadi budak dunia seutuhnya.

setelah membaca buku ini, saya juga sadar betapa saya telah menyakiti hati zat yang sangat mencintai saya. Allah tidak pernah bosan memberi perhatian pada saya. memberi nafas, detak jantung, aliran darah, dan panca indera yang berfungsi dengan baik. namun saya jarang mengingatNya, berbuat dosa dihadapanNya, terkadang mengingkari perintahnya. padahal Allah sudah sering memperingatkan saya agar berhati-hati agar saya tidak masuk ke tempat paling hina. tapi saya sering mengabaikanNya. Allah sangat sayang terhadap saya, sampai-sampai Allah menetapkan beribu aturan yang dapat melindungi saya. Maafkan saya ya Allah...

sekarang saya sadar, kebahagiaan tidak harus berlimpah ruah. asalkan cinta kepada Allah dapat timbul dan kedamaian dalam diri dapat dirasakan sepenuhnya..

terima kasih Allah karena menyadarkan hamba..
terima kasih Imam Al-Ghazali karena telah menjadi perantaraNya.. :)

1 komentar:

  1. Kadang kita terinspirasi oleh kesuksesan yang diperoleh orang lain. Mungkin menurut kita orang tersebut sukses dan bahagia, namun kita tidak tahu apakah sebenarnya orang itu bahagia atau tidak. Kita pasti tahu siapa Agnes Monica. Seorang artis muda dengan segudang talenta, memiliki banyak penggemar, berprestasi, profesional, hingga go international. Ia tampak sangat sempurna di manapun ia berada. Sungguh suatu keadaan yang mungkin dicita-citakan oleh banyak orang.

    Namun apakah tidak kita perhatikan ketika ia jatuh sakit. Seakan-akan tidak ada orang yang peduli dengannya. Orang-orang (termasuk di dalamnya promotor) hanya berharap supaya ia tampil sempurna dan tanpa cela, tidak peduli bagaimana keadaan sang artis tersebut. Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah apakah agnes bahagia? Tentu hanya ia yang tahu. Tapi setidaknya kita bisa menebak. Orang-orang membutuhkannya ketika ia sedang 'di atas', namun ketika ia dalam kondisi lemah, ia masih saja dituntut untuk tampil sempurna.

    Yang ada di benak saya:
    Adakah sedikit waktunya yang digunakan untuk berkumpul dan berbagi dengan keluarga yang ia sayangi?

    Adakah sedikit perhatiannya tercurah untuk mendengar keluh kesah dan membantu orang-orang yang tidak mampu?

    Pada hakikatnya kita adalah manusia pencari ridho Ilahi, bukan sekedar ‘robot’ pengejar prestasi duniawi. Semoga bermanfaat :)

    BalasHapus

Forward pesan whatsapp yg berharga untuk saya

Beberapa waktu lalu di grup chat keren saya,ada tulisan yg menggugah hati. Tak pantas rasanya kalau tak saya bagi. Monggo kawan2.. Silahkan ...