Senin, 26 Agustus 2019

Forward pesan whatsapp yg berharga untuk saya

Beberapa waktu lalu di grup chat keren saya,ada tulisan yg menggugah hati. Tak pantas rasanya kalau tak saya bagi. Monggo kawan2.. Silahkan dinikmati 😍😍

Ada tulisan bagus boleh simak n resapi y👇🏻👇🏻
(Copas)


*Menangkan dulu hati lelaki kita..💕💕💕*

Oleh : Fri Okta Fenni


Di sebuah acara “reality show” Indonesia, seorang lelaki botak yang juga mentalis terlihat mewawancarai bintang tamunya. Begini kalimat pembukanya “Menjadi istri yang baik atau ibu yang baik?”

Sayangnya saya tidak mengikuti acara tersebut.  Sudah dua tahun terakhir ini rumah kami bebas televisi. Cuplikan acara tersebut saya temui di beranda akun media sosial seorang teman. Saya tertarik membahasnya karena kajian ini persis dengan tema yang saya dapat beberapa bulan lalu.

Kalian tahu apa jawaban pertanyaan yang awalnya membingungkan saya itu?  Padahal ada satu kitab ajaib yang sudah menjelaskan secara apik jawabannya.

 *Alquran berbicara tentang perempuan. Dia adalah kunci segalanya.*

Kebaikan keluarga, masyarakat, dan negara. Masih di dalam kitab yang menakjubkan itu perempuan dalam hal perannyanya dibagi menjadi empat bagian berdasar prioritas terbaiknya.

*Pertama, sebagai istri. Kedua, sebagai ibu. Ketiga sebagai pribadi. Terakhir, peran sosial.*

Diantara keempat hal tersebut, alquran paling banyak bercerita tentang kiprah perempuan sebagai istri. Dan yang minim adalah kiprahnya dalam bidang sosial.

Maka yang hari ini masih disibukkan oleh berbagai aktifitas yang manfaatnya hanya berdampak bagi dirinya sendiri sebaiknya segera berbenah. Begitu pula para “sosialita” diminta untuk berpikir ulang tentang perannya jika menginginkan dari rahimnya lahir generasi mulia.

Perhatikan urutan dominannya baik-baik. Ketika kita coba untuk membaliknya atau menggeser letaknya sekehendak nafsu kita, maka yang terjadi adalah tumbuhnya anak-anak yang bermasalah.

Jadi ketika ditanya “Menjadi istri yang baik atau ibu yang baik?”

Maka jawabannya adalah *istri yang baik*. Itu adalah tingkatan peran teratas. Selesaikan dengan baik bagian ini. Berikan pengabdian istimewa untuk suami.

Lalu perhatikanlah kemudian tugas perempuan sebagai ibu akan dengan mudah dijalani.

Inilah jawaban kenapa sebuah rumah yang “broken home” akan sulit sekali melahirkan anak-anak yang kokoh kepribadiannya. Karena tak lain, ia tak mendapatkan teladan itu di rumahnya. Tempat di mana kegemilangan generasi itu bermula.

Beberapa kali saya menemui kasus perempuan yang abai pada suaminya setelah hadirnya anak-anak. Mereka menganggap peran suci sebagai ibu di atas segalanya. Kemudian menuntut suami untuk paham bahwa kini sudah hadir makhluk kecil yang patut diprioritaskan dari pada suami. Ternyata ini keliru, perempuan cenderung mengikuti perasaannya untuk terus dipahami. Lihat saja betapa banyak literasi yang membahas tentang betapa peliknya peran perempuan sebagai istri dan ibu sekaligus. Bahkan lengkap dengan sajian data bahwa peran ini rawan depresi. Sampai pada kasus bunuh diri. Terus diulas gangguan psikologis yang sering sekali terjadi pada mereka.

Saya tak hendak menafikan fakta tersebut, tetapi saya ingin setiap wanita paham tentang urutan prioritas yang telah dirumuskan wahyu.

*Bukankah kita tak pernah ragu bahwa alquran itu adalah sebenar-benar petunjuk?*

Seperti nasihat yang disampaikan ustazah saya di suatu siang ketika membahas tentang pengasuhan anak. *“Sajikan pengabdian dan bakti terbaik yang bisa kita lakukan kepada suami, maka perhatikan keajaiban yang akan terjadi. Pengasuhan anak-anakpun menjadi kian mudah”.*

Berapa banyak kejadian emak yang temperamen kepada anak-anaknya hanya karena masalahnya dengan suami yang belum selesai. Maka sekali lagi, perhatikan prioritas penting ini ya Mak. Menangkan dulu hati lelaki kita.

Adalah tak mudah mencari tulisan dari lelaki yang mengulas tentang ini. Jikapun ada, maka ini tema yang tak menarik. Kurang dramatis. Bagi perempuan yang kapasitas perasaannya lebih mendominasi, menganggap hal ini adalah “lebay”. Makanya kemudian mereka menjuluki suami sebagai “bayi besar”.

Saya tertarik sekali dengan pengalaman seorang teman ngaji yang ikut suaminya tugas belajar tinggal di Jeddah. Maka hal pertama yang saya tanyakan padanya waktu itu adalah “Wah.. enak ya kalau akhir pekan bisa sering-sering ke Mekkah buat umrah, terus ramadhan juga bisa iktikaf di masjidil haram”. Mengingat jarak antara kedua kota itu tak begitu jauh.

Saya sukses melongo ketika ia menjawab

*“Nggak juga, aku tuh gak enak mikirin ibadah sunnah, sementara yang wajib terbengkalai”.*

“Maksudnya?” tanya saya bodoh.

“Iya.. hatiku nggak plong gitu kalau pergi iktikaf ataupun umrah sementara suami disini makan minumnya gimana? yang nyiapin bajunya siapa? ininya terus itunya?”

*Jleb!*🙈🙈🙈🥺

Dan pikiran egois saya langsung meleleh takjub. Masya Allah..

Dialog lain yang terjadi belasan tahun silam antara saya dan dosen tingkat pertama di bangku kuliah dulu juga masih begitu melekat erat. Ketika beliau mengkhawatirkan gelar paska sarjana dan penghasilan bulanannya berada di atas gelar dan gaji sang suami.

*“Aku khawatir gelar dan penghasilan ini menghalangiku dari bakti pada suami”.*

Sungguh kesadaran yang keren pada zaman di mana perempuan hari ini ribut menuntut kesetaraan gender dalam bungkus kemasan emansipasi yang salah kaprah. Dan bangga dengan kemampuan dirinya yang bisa mandiri menghasilkan sejumlah rupiah dari keringatnya sendiri. Perlahan ketundukan dan ketaatan pada suami sedikit demi sedikit tergerus.

Ini keniscayaan. Hukum alam kepada mereka yang di dalam hatinya bersemayam biji kesombongan dan jauh dari majelis ilmu.

Betapa seringnya kita, eh saya maksudnya merasa segala pekerjaan melayani suami dari mulai menyiapkan hal-hal kecil itu adalah pekerjaan sepele. Dan berpikir keras mengejar amalan lainnya. Kehadiran bayi dan suami seperti penghalang antara diri kita dan ibadah yang nyaman. Bagaimana sulitnya mencari waktu untuk sekadar tenang membaca alquran tanpa interupsi ini dan itu. Bangun tahajud susah waktu si bayi bentar-bentar bangun malam minta Asi. Padahal syarat masuk surga seorang istri itu tak disebut harus tahajud atau tadarusan.

“Jika seorang wanita menunaikan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan menaati suaminya; niscaya akan dikatakan padanya: “Masuklah ke dalam surga dari pintu manapun yang kau mau”. (HR. Ahmad dari Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu’anhu dan dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albany).

Coba perhatikan lagi hadits yang luar biasa ini. Ah, semoga kita tidak termasuk istri yang “ngeyelan” sampai “ngambekan” hanya gara-gara menganggap amalan masa lajang dulu jauh melesat pencapaiannya dibanding ketika kita menjadi “emak-emak”.

Camkan lagi kata-kata terakhir dari sabda Sang Nabi tersebut, : *“Masuklah ke dalam surga dari pintu manapun yang kau mau”.*

Ganjaran keren yang bagaimana lagi coba yang mau kita kejar?

Taubat yuk Mak.. ❤

#10YearsChallenge
#EmakNgeyelerToEmakTaubater

Minggu, 21 Juli 2019

A new Life after Life

Selamat datang, My blog reader. Just felt like it's been a thousand days I never wrote in this media.

Rasanya sudah ribuan hari saya tak menyentuh blog ini. Berbagai alasan sih saya siapkan untuk membenarkan tindakan saya yang absen dari blog. Mulai dari kesibukan pekerjaan, kesibukan mengurus anak, kesibukan kuliah, dan sibuk-sibuk yang saya bikin2 sendiri. Hehehe..

Hari ini, saya ingin sekali menuliskan pengalaman dan perjalanan hidup saya yang- kata sebagian orang- "receh" ini. Kenapa saya ingin sekali menuliskan pengalamann ini? Karena saya merasa saya pernah menjalani hari-hari yang berat dan saya yakin banyak juga yang mengalami hal yang sama seperti yang saya alami. Terdengar sangat remeh temeh, tapi kalau diabaikan mungkin bisa menjadi "api dalam sekam" apalagi jika hal ini terjadi pada ibu-ibu yang harus fokus menjaga keutuhan keluarga dan mendidik anaknya (memenuhi tuntutan lingkungan). Hehehe.. Mari kita mulai


Saya adalah seorang anak perempuan yang lahir dalam keluarga yang cukup normal. Ya, karena sejauh saya dapat mengingat Alhamdulillah kebutuhan saya masih bisa dicukupi oleh orang tua saya yang luar biasa dan masih memiliki mainan yang bisa menghibur saya. Namun, kenormalan dan kebahagiaan itu bisa menjadi sedikit tergores saat ada sikap ataupun kata-kata yang "merendahkan" terhadap apa yang keluarga kami jalani. Bukan keluarga kaya raya, kami pun beberapa kali mendapat pandangan yang kurang menyenangkan dari keluarga jauh yang lain. Karena itulah saya pun berikrar untuk menjadi anak yang hebat dan bisa membanggakan kedua orang tua saya, agar tukang cibir, tukang gosip, dan tukang nilai itu bisa sedikit sadar dan berhenti menyakiti keluarga kami (yang kemudian saya sadar, ini adalah pencetus motivasi yang kurang begitu pas) dan saya terutama melalui tatapan mata dan ujaran yang tak enak didengar.

Begitulah, akhirnya saya tumbuh menjadi anak perempuan yang terus berusaha untuk melakukan yang terbaik. Apapun yang saya bisa. Mencoba menjadi ranking 1 di kelas, mengikuti ekstra kurikuler, masuk ke sekolah-sekolah negeri, apapun itu sampai akhirnya memasuki bangku kuliah pun, saya tetap bekerja keras. Demi apa? Achievement. Inilah kemudian yang membuat saya yakin, teori motivasi Mc Clelland tentang need for achievement itu benar adanya. Saya hanya berfokus pada apa yang dapat membuat orang menyukai saya, melihat saya menjadi sosok yang berhasil, dan memuja-muja saya. Well, itu juga yang akhirnya membuat beberapa part dalam masa remaja saya sedikit hambar. Karena saya selalu berfokus pada achievement atau pencapaian.

Saat masuk ke dunia kerja, apa yang saya lakukan pun tak jauh berbeda. Bekerja keras lagi, berusaha keras lagi, namun sekarang agak berbeda. Karena sedikit ada rasa simpati dan membuat saya bekerja keras bukan hanya untuk mencari pencapaian, tetapi juga demi anak-anak operator yang ada di lapangan. Mencoba mengusahakan agar proses kerja mereka tidak kesulitan dan sedikit lebih ringan. (Kayaknya sampe saya keluar belum juga berhasil. hehehe). Sampai tiba saat dimana saya menikah dan memiliki anak.

Setelah menikah, mungkin prioritas memang "sedikit" berubah namun tak banyak. Mengapa? Karena suami dan istri sudah dewasa (iyalah taaann.. masa anak-anak. hehehe). Gampangnya lebih bisa diajak komunikasi dan mencari jalan keluar bersama. Namun saat memiliki anak, prioritas pasti sangat jauh berubah. Suami dan Istri pasti masih saling menyayangi satu sama lain, tapi anak pasti menjadi top of the list untuk diperhatikan. Kemudian saat saya dan suami memiliki gambaran tentang parenting terhadap anak dan harapan-harapan, kami pun mengambil keputusan yang lumayan besar. Yaitu, saya berhenti bekerja dan melanjutkan kuliah yang sekiranya memiliki subyek yang bisa menunjang proses parenting ini. Yaitu Psikologi Pendidikan.

Awalnya saya pikir perjalanan ini pasti akan landai dan santai, karena sebelumnya bekerja dan sekarang lebih banyak di rumah. Namun hal itu tak sepenuhnya benar. Inilah yang saya sebut A new life after Life. Iya, Hidup baru setelah hidup yang sebelumnya. Fase baru, Gejolak baru, Tantangan baru, Hal baru. Everything just New. Dulu saya pikir istilah post power syndrome itu hanya terjadi di kehidupan orang lain, hanya terjadi di kehidupan bos-bos yang memiliki kedudukan tinggi kemudian berhenti bekerja, hanya terjadi pada kehidupan wanita-wanita karir dengan gaji puluhan juta saja. Ternyata tidak begitu FERGUSO! It happened. TO ME. YEs... Itu terjadi.. PADAKU.

Anda pikir kemudian apa yang terjadi setelah saya merasa saya mengidap post power syndrome (PPS)? Well, sama kok seperti orang kebanyakan. Ya,, denial, menyangkal, menolak, ga mau mengakui, merasa saya tidak begitu, dan model-model penolakan dan penyangkalan lainnya. Saya sangat menolak kenyataan itu, karena saya tau I am a very tough woman (saya adalah wanita yang sangat kuat). Setidaknya itulah yang selalu saya rasa dan doktrin pada diri saya semenjak saya kecil. Saya ga mau cengeng, saya ga mau sakit, saya ga mau kena sindrom2 aneh2, tapi faktanya.. semakin saya denial, semakin saya menderita. Saya mulai cari perhatian ke suami, minta quality time berdua lah, ngambek saat dia pulang malam lah, sebel kalau dia fokus ke HP lah.. apa aja.. sampai saya kasihan melihat dia.

Mulai ada tangisan-tangisan kecil, merasa tidak berguna, merasa self-esteem rendah, muka jelek, badan gendut (kalau anda lihat postur saya aslinya, pasti anda akan sangat eneg dengan obsesi saya menurunkan berat badan. wkwkkwk), dan masih banyak lain-lain hal. Jangan tanya, kata-kata orang semacam "kamu tu ga bersyukur ta punya anak?", "wes enak di rumah toh, cuma ngurus anak aja kok pake stres?", atau kata-kata dalam diri sendiri seperti "anak ibu itu kok lebih ayem ya, anakku kok jejingkrakan gini?", "dia bisa lho handle anak 2, aku anak 1 aja kok kayaknya udh hebring?" dan lain-lain, dan lain-lain udah kayak lagu Red Velvet di otak saya. TERNGIANG-NGIANG dan secara ga langsung sedikit demi sedikit mempengaruhi saya. Saya semakin tenggelam dalam kekhawatiran dan mudah tersulut (sensi gitu deh).

Kemudian, saya mencoba mikir lagi apa yang harus saya lakukan? Suami sudah support, apa ya yang harus saya perbuat agar saya tidak melampiaskan ini pada anak saya? Sampai sekarang pun saya masih berjuang, tapi setidaknya saya sudah bisa mulai mengapresiasi perkembangan yang saya capai. Akhirnya alih-alih saya melakukan penyangkalan terhadap kondisi saya, saya pun pelan-pelan berusaha menerimanya dan berkata, YES, I HAVE PPS. I DO HAVE PPS. AND I SHOULD SOLVE THIS SH*T. Anda tau? Saya benci sekali menjadi cengeng saat menghadapi masalah, dan saat saya akhirnya menangis saat masalah itu datang, saya menjadi SEMAKIN MEMBENCI TINDAKAN SAYA INI. Itulah saya ingin segera menyelesaikan ini dengan langkah awal yaitu MENGAKUI dan MENG-IYA-kan bahwa saya memang memiliki masalah. Setelah itu, saya mencari banyak literatur, teman, ataupun jurnal-jurnal yang bisa membantu saya untuk keluar dari SH*T ini. Sampai sekarang pun saya masih berjuang. Hal lain yang saya lakukan adalah mencari pelampiasan. Dengan apa? Dengan ini. Apa? Dengan ini. Iya ini. MENULIS. Hal yang merupakan kecintaan saya sejak remaja. Menulis di diary tentang keseharian saya, menulis puisi tentang apa yang saya rasakan, bahkan sekedar menulis lirik, membuat saya selalu merasakan hal yang asik. Bukan berarti saya menulis ini karena saya sudah 100% berhasil melalui ini semua. Justru saya menulis ini untuk melampiaskan apa yang saya rasakan dalam hal yang (saya harap) positif. Saya juga masih berjuang. Saya juga masih berusaha. Sampai kapan? Semoga secepatnya paling lama 6 bulan ke depan. Agar saya bisa segera berjuang dan fokus ke hal lainnya.

Ketika saya menulis ini, pasti akan ada orang-orang yang mungkin berpikir "gitu dulu minta resign!", "Tau gitu dulu kerja aja, kan dapatnya banyak", atau "ga siap ngunu resign", yah..itulah enaknya melihat kehidupan orang lain ya. Seakan-akan kita berhak berkomentar apa saja dan kehidupan kita yang paling benar dan bahagia. Selamat, kalau anda merasa begitu. Tapi jangan gundah kalau anda tidak merasa demikian. Anda pernah tahu Rasul pernah berkata Seandainya seorang anak Adam memiliki satu lembah emas, tentu ia menginginkan dua lembah lainnya, dan sama sekai tidak akan memenuhi mulutnya (merasa puas) selain tanah (yaitu setelah mati) dan Allah menerima taubat orang-orang yang bertaubat.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 6439 dan Muslim no. 1048)
Itu yang saya khawatirkan terjadi dalam diri saya nanti. Ketika saya semakin haus akan materi, makin lapar akan pencapaian, tak terasa waktu berlalu, anak bertambah dewasa, dan lenyap sudah.. karena sekaya apapun saya, saya yakin saya tidak bisa mengembalikan 1 detik pun waktu yang sudah terlewat. Kalau kata orang Jawa "WES KADUNG" (Sudah terlanjur). Itu yang tidak saya inginkan.

Perlu dipahami disini, setiap orang punya permasalahan masing-masing dalam hidupnya. Entah materi, hubungan keluarga, masalah keluarga, momongan, apa aja. Pasti tiap orang dikasih masalah. Kenapa? Karena Allah sudah menyediakan kuncinya. Ini jalan yang kami pilih, bukan berarti serta merta saya mengatakan jalan saya ini paling BENAR. NO! Ini yang kami yakini, jika yang lain meyakini yang lain, silahkan. Tapi tolong berhentilah menilai orang sekadarnya saja.

Saya tanggalkan malu saya atau rasa khawatir saya saat membuat tulisan ini. Karena saya ingin membantu teman-teman yang merasakan apa yang saya rasakan. Tidak masalah kok sesekali lemah, sakit, ga berdaya, ga dosa. Kita bukan HULK yang bisa ngamuk sesukanya saat marah. Dan ga sekuat HERCULES yang bisa tahan diapain aja. Kita cuma manusia, ibu, dan istri. Saya sampai sekarang juga masih berjuang. Mari berjuang sama-sama. Kalau ada yang terluka dengan proses perjuangan kita, ya kita minta maaf. semoga semua lelah berjuang ini bisa menjadi Lillah...



Senang sekali bisa menulis sekarang. Sepertinya saya kecanduan. Semoga bisa menulis lagi secepatnya. 


Assalamualaikum


BEst Regards,

Fatih's Mom

Jumat, 28 Februari 2014

Diary Nihon (1)

Assalamualaikum..

Selamat amat pagi semua.... Niimi dingin luar biasa... tapi.. Nihon jin gak akan pernah membiarkan orang yang hidup di Nihon kedinginan,,, jadi selamat deh saya.. hehehe..

Well, ini adalah weekend pertama saya di Jepang. Negara yang sudah lama saya impikan untuk saya tinggali. Entah kenapa dulu saya ingin sekali pergi ke tempat ini. Kalau dulu sih...karena pemandangannya emang bagus.. terus bergeser ke budaya yang saya suka.. terus bergeser lagi pada dedikasi mereka pada pekerjaan.. dan sekarang.. saya melihat nilai2 luhur banyak diterapkan disini.

Dari pertama sampai di Bandara, saya sudah terkesan dengan pelayanan petugas bandara  yang menyambut saya dengan sangat baik. Semua petugas tersenyum dan berusaha membantu saya 100%. Meskipun saya orang Indonesia...

Belum selesai kekaguman saya di Airport, saya sudah dikejutkan lagi dengan pelayanan umum yang totalitas. Semuanya dilayani dengan baik.

Teman2 saya pun luar biasa. Apa yang saya butuhkan, mereka berusaha menyiapkannya sebaik2nya. Subhanallah... Rasanya malu sekali saya sebagai seorang muslim masih jarang menerapkan nilai2 Islam, tapi mereka yang notabene tidak "beragama" malah baiknya luar biasa.

Tapi, emang Indonesia tetep keren.. heheheh...

sekarang sekian dulu lah.. Insya Allah tiap minggu akan saya update kegiatan saya selama disini.. kali aja bisa jadi buku kayak NOTES FROM QATAR.. hihihihii...

Minggu, 10 Maret 2013

Ga Lengkap? Yakin??

Assalamualaikum..

Hai guys.. Wuihh.. lama beud ya ga ngeblog.. Blog gue jelek?? bodo amat.. yang penting hepi. :D

Kebetulan..hari ini tiba2 keinget tentang tulisan2 yang pernah aku muat di social media yang aku punya. Tiba-tiba tertarik juga buat ngulas lagi tulisa yang pernah aku posting di facebook. Jaman aku masih galau.. Kira-kira bunyinya kayak gini..

"I think I already had a box of chocolate with full loaded and each chocolate in its place. But now, I felt lost one of them. Feel incomplete"

After I already got my missing chocolate, still...something feel incomplete.. Guys... box of chocolate has its natural gift. It melts.. When you waiting to fulfill one part, another part start to melt. When your missing space already filled, another chocolate gone..


Jadi,,intinya.. aku kok jadi mikir ya. Lengkap ga lengkap coklatnya.. itu tergantung kita menyikapi coklat-coklat itu. Kita mau menikmati tiap coklat yang ada dan tetap berusaha mengisinya lagi dengan coklat-coklat yang lebih sedap.. atau malah menyimpannya baik-baik..berusaha memenuhi yang kosong dan kehilangan yang lain tanpa tau nikmatnya. :)

Dari semua pelajaran hidup yang gue dapet, aku sadar.. Coklat itu diciptakan Tuhan untuk dinikmati. Sama kayak hidup. Dalam menjalani hidup, kita juga harus nikmatin rasanya. Berjuang untuk mendapatkan apa yang kita pengen kayak usaha kita memenuhi space kosong di box coklat itu. Tapi saat kita lelah dan hampir putus asa, kita bisa menikmati yang kita punya dengan bersyukur. Sama saat kita menikmati coklat yang ada dan bersyukur kita masih punya macam-macam coklat yang bisa dinikmati.

Sometimes I felt that I should be a rich woman and go to many countries to make myself and my parents proud of me. But,, don't you realize that sometimes the greatest thing of our lives,,lies just next to us..


SO... BE THANKFUL OF WHAT YOU GOT. INCOMPLETE? THINK ABOUT IT AGAIN.. YOU BETTER SEE AROUND BEFORE YOU SAID THAT YOUR LIFE IS INCOMPLETE.. SO MANY UNFORTUNATE PEOPLE OUT THERE THAT SO FAR FROM WORD COMPLETE AND THEY DON'T EVEN DARE TO IMAGINE THAT WORD.. BUT..THEY'RE GOING THROUGH THEIR LIFE JUST LIKE THEY HAD EVERYTHING.. :)

Jumat, 12 Oktober 2012

Temanku

Pas pagi-pagi buka facebook... pengen nangis rasanya liat fb temen yang udah lama gak ada.. Keinget masa-masa dy curhat, masa-masa dy bercanda. Anak yang sangat ceria, but.. he used to ignored by my other friends.. DIcuekin ma ceweknya.. Tapi.. dia beruntung..menjelang akhir hayatnya ada cewek yang sayang sama dy. Helmy.. My High School's friend.. Ga pernah ilang dari ingatanku.. Selalu tabah dengan penyakitnya..

Terkadang ada rasa kesal di hati. Kenapa orang yang begitu baik, harus meninggal secepat itu. Tapi, mungkin itu yang terbaik. Coba tiap hari Tuhan umumin siapa yang bakal meninggal, mungkin semuanya bakal masuk Surga. Bukan berarti juga Tuhan pengen semua masuk neraka. Tapi, paling tidak dengan begitu kita semua bisa prepare dan sadar diri.

Terkadang, pikiran ngelantur tuh keluar juga. Kadang mikir,, gimana klo aku meninggal dalam waktu dekat ini? Seperti apa aku akan dikenang? Bagaimana keluargaku bisa menerima? Apa aku bisa bertahan 'disana'? memang tidak ada yang tahu umur seseorang, maka dari itu musti siap2..

Banyak yg bilang suka sama saya.. tapi yang benci?? Wuiih... saya yakin gak kalah banyaknya.. Tapi, semoga semuanya bisa baik dan berakhir baik...

Buat Helmy.. I remember you as a very strong guy.. You never whining and complaining about your life. Happy living in a new world pal. Send my Regard to our beloved GOD. Allah S.W.T

Rabu, 30 November 2011

Pengalaman GIla

Bukan karena saya pernah Gila, jadi saya kasih judul gitu di curhatan kali ini. Tapi semata karena saya mengalami pengalaman yang benar2 ajaib dalam beberapa hari saja.

kalo misalnya selama beberapa ini saya bawa meteran, mungkin udah ribuan kilometer saya lalui hanya dalam beberapa hari. Eittss..ini arti yang sebenarnya lho.. bukan kiasan. Hal-hal yang melelahkan secara fisik dan psikis sudah saya alami. Tapi meskipun melelahkan, saya juga menemukan hal-hal yang tidak kalah menyenangkan. Banyak teman baru juga yang saya temui. Berbagai cerita bisa terangkum hanya dalam beberapa hari. Mungkin kalo bisa dinovelkan, tiap orang bisa punya novelnya sendiri. Dan mereka memang punya. Mereka membagikannya dengan gratis kepada saya. Gak perlu repot2 dateng ke acara Kick Andy buat dapetin buku gratis. hehehe.. bahkan mungkin kalo buku kick andy bisa habis dimakan rayap, buku dari temen2 baru saya ini terekam abadi di pikiran saya.

temen2 saya semuanya lebih tua dari saya. ada yang sudah berkeluarga, ada yg lebih tua dikit dari saya, bahkan ada juga yang bos BMW.

saat saya sedang ingin menyerah dan lelah, tiba-tiba ada...saja orang2 yang dikirimkan Allah untuk menyadarkan saya. akhirnya ada yang bilang "hidup tuh emang kayak gini. Banyak tantangannya. Kamu dah hebat, masih muda, cewek, berjilbab, bisa ngalamin perjalanan jauh dan pengalaman2 berharga kayak gini sendiri. Ini les gratis namanya."

saat saya agak mulai ambisius, Allah mengirimkan jenis orang yang lain untuk menyadarkan saya. Mereka pun bilang "hidup penuh ambisi itu harus, tapi harus ingat.. hidup gak hanya untuk harta. Kebahagiaan batiniah juga sangat penting dan dibutuhkan."

semua orang seperti gak kapok untuk memberikan nasehat kepada saya. saya sangat senang, karena begitu banyak yang saya dapatkan daripada yang saya berikan. satu hal lagi yang saya dapatkan adalah..

JANGAN PERNAH TAKUT UNTUK MENCOBA. APAPUN RESIKONYA. ENTAH ITU BAIK ATAU BURUK. KARENA DENGAN TIDAK MENCOBA, KITA TIDAK AKAN PERNAH TAU. DAN DENGAN TIDAK PERNAH TAU, KEMUNGKINAN 90% KITA AKAN MENYESAL KARENA KENAPA DULU KITA TIDAK MENCOBA. JIKA HASIL DARI PERCOBAAN ITU BAIK, BERARTI JALAN KITA BENAR. JIKA HASIL PERCOBAAN ITU BURUK, BUKAN BERARTI KITA SALAH. TAPI KITA SEDANG MENCOBA MENCARI JAWABAN. TUHAN TAU USAHA KITA. TIDAK AKAN LUPUT DARI PENCATATANNYA..

Senang berbagi cerita dengan Anda.. :)


Eeeiitts... tapi percobaan2 itu, tidak berlaku buat narkoba loh ya. Hehehe..narkoba mah, gak usah dicoba jg dah ketauan buruknya. :p

Rabu, 09 November 2011

Bergunjing...

"Mereka itu sukses, karena orang tua mereka tidak suka bergunjing"

ini yang ayah saya katakan saat beliau menceritakan tentang anak temannya yg sukses melanglang buana ke luar negeri. Ayah saya bilang,"orang tuanya tuh temen deket ayah. Kalo lagi kumpul sama temen2 dan ada salah satu orang yang ngomongin orang lain, orang tuanya pasti menghindar"

Hihihi..itulah ayah saya. Paling ga suka bergunjing atau ngomongin orang. Ayah saya kasih saya banyak sekali contoh. Orang yang suka bergunjing dan membicarakan keburukan orang lain, pasti efeknya tidak baik. Lalu saya bilang "berarti Ayah suka bergunjing donk? kan aku belum sukses" hahaha.. ayah ketawa aja..

tapi emang siyh..kata ibu.. saat kita nunjuk ke orang lain, satu jari tuh mengarah ke orang lain, tapi 4 jari lainnya mengarah ke diri kita sendiri. Itulah kenapa keluarga saya sangat pantang ngomongin orang.

Ada juga tetangga terdekat saya yang hobinya menggunjingkan tetangganya sendiri. Saya yakin, saya pun pernah digunjingkan. Because I'm so disgraceful.. hahaha.. (anak cewek paling berisik di gang). kenyataannya dia malah sering kecelakaan. dan yang lebih parahnya lagi dia pernah mengalami kecelakaan sampai mengakibatkan bibirnya luka parah. Tetangga2 saya bukannya khawatir, eh malah bilang "Rasain tuh, makanya jangan hobi gosipin orang mulu! tau rasa kan?"

Hah?? gila tuh emak2..mungkin karena mereka udah jengkel kali ya.. Tapi kejadian luka di mulut itu tidak membuat tetangga saya itu kapok, namun makin menjadi2..

Berhubung saya takut bibir saya makin jontor kayak katak karena azab.. saya memutuskan mulai mengurangi, atau malah berhenti bergunjing. Selain karena tidak ingin bibir saya rusak, saya juga pengen anak-anak saya menjadi anak yang sukseskelak..


Aaaamiiiinnn...

Let's fight againts the gossip.. :D

Forward pesan whatsapp yg berharga untuk saya

Beberapa waktu lalu di grup chat keren saya,ada tulisan yg menggugah hati. Tak pantas rasanya kalau tak saya bagi. Monggo kawan2.. Silahkan ...